Oleh Qosim Nursheha Dzulhadi *)
Dalam situs pribadinya, Ulil Abshar-Abdallah menulis satu artikel tentang cara membaca Kitab “Suci” –baik Al-Qur’an maupun yang lainnya. ( Memahami Kitab-Kitab “Suci” secara non-apologetik ). Dalam artikelnya itu, Ulil menolak pembaca Kitab “Suci” secara apologetic. Karenanya dia mengusulkan bagaimana membaca kitab “suci” itu secara non-apologetik. Dia merasa terganggu oleh kalangan umat Islam yang banyak menunjukan kontradiksi dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Karena menurutnya, itu hanya usaha untuk menunjukkan kehebatan Al-Qur’an.
Artikel ini, hemat penulis, perlu dicermati karena menyangkut otentisitas Al-Qur’an. Selain itu, ada semacam usaha Ulil untuk “menyamakan” antara Al-Qur’an dengan kitab-kita agama lain –khususnya Bible. Di sini akan penulis kutip beberapa pernyataan Ulil yang penting untuk dikritisi.
Di awal artikelnya, Ulil menulis: “
SAYA sering terganggu oleh sikap beberapa kalangan Muslim apologetik yang dengan mudah menunjukkan adanya kontradiksi dalam Kitab Perjanjian Lama dan Baru. Dengan gigih sekali mereka mencoba memperlihatkan bahwa dalam dua kitab “suci” itu tersua sejumlah pertentangan internal.
Usaha itu bukan tanpa tujuan: yaitu untuk menunjukan kehebatan Quran sebagai Kitab “Suci” yang paling baik, solid, koheren, logis, tidak mengandung pertentangan internal apapun. Lalu mereka mengutip sebuah ayat dalam Quran yang terkenal, “Afala yatadabbarun al-Quran, wa law kana min ‘indi ghair al-Lahi lawajadu fihi ikhtilafan katsira.” (4:82) Artinya: Apakah mereka tak merenungkan secara mendalam mengenai Quran itu; seandainya ia berasal dari selain Tuhan, maka sudah pasti mereka akan menjumpai banyak pertentangan di dalamnya.
Hal serupa juga ada pihak Kristen (dan juga Yahudi). Saya banyak sekali menjumpai buku-buku apologetika Kristen (juga Yahudi) yang menunjukkan adanya sejumlah pertentangan internal dalam Quran.”
Dia juga menulis:
Tanpa mengurangi penghormatan saya pada kepercayaan teman-teman Muslim yang lain mengenai Quran, sejauh menyangkut kontradiksi, dalam Quran banyak sekali kita jumpai kontradiksi dan pertentangan internal. Bukan hanya itu, dalam hampir semua Kitab “Suci” selalu akan kita jumpai kontradiksi semacam itu. Tugas penafsirlah untuk melakukan “harmonisasi” agar pertentangan itu bisa “dihaluskan” (explained away) atau malah dihilangkan sama sekali. Orang yang datang dari luar tradisi Islam (terutama orang Kristen), misalnya, dan ujug-ujug langsung membaca Quran, kemungkinan akan terperanjat, karena Quran di matanya boleh jadi mirip sebuah “jumble mumble”, atau kitab yang sama sekali tanpa struktur, temanya loncat-loncat tanpa aturan, seperti sebuah buku yang tak diedit dengan baik, dan mengandung banyak kontradiksi di dalamnya. Dia akan cenderung membandingkan Quran dengan Kitab Perjanjian Lama yang lebih memiliki struktur naratif yang rapi. Hal yang sama terjadi pada orang yang datang luar tradisi Kristen (misalnya seorang Muslim), lalu ujug-ujug membaca Kitab Perjanjian Lama atau Baru, boleh jadi dia akan menjumpai sejumlah kontradiksi internal dalam kitab itu, apalagi menyangkut gambaran Tuhan dalam Perjanjian Lama yang, mohon maaf, tampak aneh dan sama sekali tak masuk akal.”
Tentang keimaman seoramg Muslim terhadap kitab-kitab lain, Ulil menyatakan bahwa “sorang Muslim percaya bahwa kitab-kitab sebelum Quran bersumber dari Tuhan yang sama. Tetapi, iman mereka pada kitab-kitab itu tak sama dengan iman mereka pada Quran. Meskipun mengimani Bibel, tetapi mereka memandang Kitab “Suci” itu sebagai buku yang “defektif” atau cacat.”
Dua Catatan Penting
Ada catatan penting, penulis kira, yang harus dikemukan berkaitan dengan pendapat Ulil ini. Pertama, Ulil menyayangkan adanya kaum Muslimin yang melihat kitab-kitab agama lain secara “apologetik”. Ulil menginginkan agar hal ini tidak terjadi. Oleh karenanya, tidak boleh membaca kitab agama lain dengan “prasangka buruk”. Di sini Ulil mungkin lupa bahwa kontradiksi dalam Al-Qur’an merupakan hal yang mustahil ditemukan. Oleh karenanya, ayat yang dikutip oleh umat Islam di atas adalah “tantangan” Allah s.w.t. bagi orang kafir, jika mereka mengklaim bahwa Al-Qur’an bukan dari Allah s.w.t. Masalah susunan Al-Qur’an yang tidak rapi dan tidak tertib, tidak jadi persoalan. Justru di situ letak keunikan Al-Qur’an. Studi-studi ulama Islam lewat tafsir tematik (al-tafsir al-mawdhu’iy) menyimpulkan harmonitas ayat-ayat Al-Qur’an. Imam al-Biqa’i (w. 885 H), misalnya, sangat “piawai” dalam mengharmoniskan surat-surat dan ayat-ayat Al-Qur’an dan tafsirnya ‘Nazhm al-Durar fi Tanasub al-Ayat wa al-Suwar’.
Dan jika Ulil melihat bahwa Bible lebih naratif dan rapi, itu karena Ulil tidak membaca Bible secara kritis. Jika Al-Qur’an di balik ketidakrapiannya justru ayat-ayatnya “harmonis” (tidak saling kontradiktif), dalam Bible justru sebaliknya. Terkesan “rapi” dan “naratif” tapi malah tidak karuan ayat-ayatnya. Sebagai contoh: dalam Kitab Keluaran dijelaskan bahwa Musa mengetahui “kapan dan dimana” dia meninggal dan dikuburkan. Tentu saja ini bertentangan dengan realitas. Dengan begitu, ayat Perjanjian Lama (Torah) ini mengesankan bahwa bukan Musa yang menulisnya melainkan orang ketiga. Ini lah kemudian yang dikritik oleh Baruch Spinoza (1632-1677).
Atau beberapa ayat yang saling bertentangan. Misalnya, dalam kitab Ulangan (12: 9-10) bahwa hukum Taurat ditulis oleh Musa.” Ini jelas kata orang ketiga, bukan kata Musa. Dalam kitab Kejadian juga (22: 14) disebutkan bahwa gunung Moria dinamai dengan gunung Allah. Padahal nama ini baru dipakai setelah pembangungan kuil dimulai, yaitu setelah zaman Musa. Bahkan Musa tidak pernah menunjukkan tempat yang dipilih oleh Allah, dia hanya meramalkan bahwa Allah akan memilih satu tempat yang memakai nama Allah. (Lihat, Baruch Spinoza, Kritik Bible, Terj: Salim Rusydi Cahyono, (Bekasi, Fima Rodheta, 2006: 47).
Maka, merupakan hal yang wajar jika kedua umat yang berbeda itu saling tidak mengimani kitab orang lain. Walaupun berbeda dengan umat Islam, dan ini diakui oleh Ulil. Walaupun Ulil menambahkan bahwa umat Islam masih melihat bahwa kitab-kitab yang lain adalah “defektif” atau cacat. Pandangn ini bukan tanpa dasar. Allah sendiri yang menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa kaum Ahli Kitab “terbiasa” melakukan distorsi terhadap kitab “suci” mereka. (Lihat, Qs. Al-Baqarah [2]: 75; al-Nisa’ [4]: 46; al-Ma’idah [5]: 13 dan 41). Dan banyak ayat-ayat yang lainnya.
Tentu pandangan ini sulit diterima oleh seorang Ulil. Karena dia menginginkan agar seorang Muslim –usulan Ulil—membaca Bible lewat kacamata orang Yahudi-Kristen. Di sisi lain –dan ini dapat dipastikan mustahil—Ulil menyeru agar mereka membaca Al-Qur’an sebagai umat Islam membacanya. Meskipun dia juga ‘mengejek’ umat Yahudi-Kristen dengan mengatakan, mohon maaf, tampak aneh dan sama sekali tak masuk akal.
Solusinya, menurut Ulil, adalah mengikut nasehat Durkheim: “What I ask of the free thinker is that he should confront religion in the same mental state as the believer… He who does not bring to the study of religion a sort of religious sentiment cannot speak about it! He is like a blind man trying to talk about colour.” (hal. xvii, dikutip dari pengantar Karen E. Fields atas karya utama Durkheim, “Elementary Forms of Religious Life”).
Dengan kata lain, saat membaca suatu Kitab “Suci” dari agama manapun, kita harus memiliki “religious sentiment” –meminjam istilah dari Durkheim itu– sebagaimana dimiliki oleh orang yang mengimani kitab itu. Jika kita kehilangan sentimen itu, maka kita akan melihat sejumlah pertentangan dalam kitab tersebut.
Jika anda kebetulan seorang Muslim, cobalah sekali-kali anda membaca Quran dengan mengambil “jarak” sebentar, mencoba keluar dari sentimen keimanan yang selama ini anda miliki.
Dalam keadaan sebagai seorang “skeptis sementara” itu, anda akan menjumpai sejumlah hal yang kontradiktif dan tak masuk akal dalam Quran. Sebagai contoh saja, dalam satu ayat dikatakan bahwa Tuhan tak menyerupai apapun, Laisa kamitslihi syai’un (42:11), tetapi dalam banyak ayat yang lain Tuhan digambarkan memiliki tangan, wajah, bahkan dalam hadis digambarkan pula memiliki jari-jari (ashabi’ al-rahman).
Jika orang Islam keberatan dengan penggambaran tentang Tuhan yang “brutal” dan sangat antropomorfis dalam, misalnya, Perjanjian Lama, maka mereka sebetulnya lalai bahwa dalam Quran juga kita jumpai penggambaran yang kurang lebih serupa: Tuhan yang “brutal” dan antropomorfis.
Bagaimana umat Islam bisa melewatkan begitu saja kisah tentang Nabi Nuh di Quran tanpa bertanya-tanya secara “kritis”: bagaimana mungkin Tuhan menenggelamkan seluruh umat manusia hanya karena mereka tak beriman kepada Nuh dengan sebuah banjir besar yang melanda begitu hebat? Apakah reaksi Tuhan semacam ini tidak keterlaluan? Mana sifat belas-kasih Tuhan? Baiklah, granted,Tuhan memang mempunyai sifat adil dan pengazab, selain sifat rahman dan rahim (kasih sayang).
Tetapi mengirim banjir begitu hebat untuk mengazab seluruh manusia hanya gara-gara segelintir manusia tak beriman kepada Nabi Nuh — apakah azab seperti itu proporsional? (Jawab seseorang yang memiliki sentimen keagamaan tentu sudah bisa kita tebak: rasio manusia tak mampu memahami tindakan Tuhan).
Banyak hal dalam Quran yang bisa kita persoalkan secara “kritis”, kalau kita mau sebentar melepaskan diri dari sentimen keimanan sebagai seorang Muslim.
Itulah yang terjadi pada seorang Muslim yang membaca Bibel: karena mereka tak memiliki sentimen keagamaan seperti dimiliki oleh umat Kristen, maka mereka menjumpai banyak sekali kontradiksi dalam Kitab “Suci” itu, seraya lupa bahwa kontradiksi serupa bisa dijumpai dalam Quran.”
Kedua, di sinilah letak ‘lucu’ dan rancunya logika berpikir Ulil. Dia memaksakan setiap pemeluk agama agar ikut ‘nasehat Durkheim’. Tentu saja amat sulit dilakukan. Merubah teologi semacam itu adalah absurd. Apalagi Ulil mengusulkan agar “sentimen” keimanan umat Islam dikeluarkan dulu –atau umat Islamnya yang keluar dari sentimen itu—agar membaca Al-Qur’an dengan kacamata dan hawa yang berbeda. Intinya, agar seorang Muslim dapat membaca dan menemukan kesan yang berbeda. Contohnya, seorang Muslim –menurut logika Ulil—agar mengetahui bahwa ternyata Allah juga dalam Al-Qur’an “brutal”. Di sini Ulil ingin mengatakan bahwa setiap agama –khususnya Islam—jangan mengklaim kitab sucinya yang paling benar. Karena di dalamnya terdapat banyak kontradiksi juga –sebagaimana halnya Bible.
Sejatinya, Ulil terjebak logika orang “Kristen Liberal-Plural” yang ingin merelatifkan seluruh agama. Kenapa? Karena mereka “kebingunan”, sudah tidak ada lagi yang dapat dipertahankan dari agama mereka. Termasuk Bible, bahkan Yesus. Timbullah inisiafit “liberal” dari Knitter. Menurut Knitter, “All religions are relative—that is, limited, partial, incomplete, one way of looking a think.” Di sini Knitter ingin menyamakan semua agama: sama-sama relatif (tidak absolut), parsial (tidak global, tidak universal), tidak komplit (memiliki kekurangan), hanya memiliki satu cara pandang terhadap sesuatu. Oleh karena itu, menurut Knitter, pemeluk agama yang mengklaim agamanya “paling benar” adalah salah; ofensif dan berpandangan sempit. Dia menulis: “To hold that any religions is intrinsically better than another is felt tobe somehow wrong, offensif, narrowminded.” (Lihat: Paul Knitter, No Other Name, A Critical Survey of Christian Attitudes toward the World Religion, 1985), p. 23).
Ulil kemudian memberi memberi contoh dengan ayat ‘laysa kamitsilihi sya’in’ yang dikaitkan dengan ayat-ayat yang menyatakan bahwa Allah punya “tangan”, wajah dan jari-jari. Di sini Islam punya konsep dan metode “takwil” dalam menyikapi ayat-ayat yang seperti itu. Ulama Islam dalam masalah akidah, punya konsep yang jitu dalam memahami ayat-ayat “sifat” (ayat al-shifat) dalam ranah ilmu Tawhid (al-‘akidah). Tidak ada yang rigid dalam Islam. Jika Ulil “rajin” membaca kitab-kita akidah, dia tidak akan terkejut ketika menemukan ayat-ayat yang seperti itu. Karena metode pemaknaannya sudah mapan. Sebagai contoh, untuk menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits yang dianggap “problematis” (musykil), Imam Ibnu Qutaybah menulis buku yang sangat baik: ‘Ta’wil Musykil al-Qur’an’ dan ‘Ta’wil Musykil al-Hadits’.
Ulil juga memberikan contoh tentang “kebrutalan” Allah lewat kisah umat nabi Nuh dalam Al-Qur’an. Apakah ini tidak keterlaluan? Tanya Ulil. Hal itu dipermasalahkan oleh Ulil, karena menurutnya “tidak proporsional”. Bagi orang yang faham Al-Qur’an, hal tersebut proporsional. Dan itu pun sudah lewat peringatan dari Allah. Bahwa orang-orang kafir pada zaman nabi Nuh jika tidak beriman kepada nabi Nuh akan ditenggelamkan. Dan “pemusnahan” ini pun lewat permohonan nabi Nuh (Qs. Nuh [71]: 26-27), bukan insiatif Allah per se. Bahkan ketika nabi Nuh ‘protes’ kepada Allah tentang anaknya yang ikut orang kafir dan juga ditenggelamkan oleh Allah, Allah menyatakan bahwa ilmu nabi Nuh tidak sampai untuk memahaminya. (Qs. Hud [11]: 25-47 dan al-Mu’min [23]: 27, 32-42). Konon lagi kita menuduh Allah –dan kita anggap ini kritis—“brutal” dan “tidak proporsional”. Sekelas nabi Nuh kah kita?
Berbeda dengan Bible. Umat nabi Nuh ditenggelamkan karena Allah “menyesal” melihat manusia yang semakin banyak dan semakin jahat di atas permukaan bumi. Tuhan dalam versi Bible ini pun mengirimkan “banjir bandang” yang luar biasa. Bukanya itu, seluruh hewan yang ada di atas dunia dimusnahkan oleh Allah.
-
6:4 Pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka; inilah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan.
-
6:5 Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,
-
6:6 maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya.
-
6:7 Berfirmanlah TUHAN: “Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.” (Kejadian 6: 4-7). Masya Allah. Tuhan apakah yang ada dalam Bible ini? Tentu sangat berbeda dengan kisah Nuh di atas. Setiap pasang hewan dibawa naik ke atas kapal oleh nabi Nuh, karena dia dan umatnya yang beriman akan mendirikan kehidupan yang baru di bukit Judi.
Kisah nabi Musa yang “menyebrangi laut” pun membuat Ulil ragu. Karena dia terpengaruh oleh pemikirn Richard Dawkins dan Sam Harris. Dia bukannya mempertahankan bahwa keajaiban yang terjadi dalam Al-Qur’an adalah “mukjizat”, malah “membebek” kepada pemikiran skeptis seperti itu. Menyedihkan. Benar-benar menyedihkan jika ada seorang Muslim yang seperti itu. Apa yang tidak mungkin bagi Allah? Dalam beberapa ayat Al-Qur’an Allah menjelaskan bahwa jika DIA ingin melakukan sesuatu, cukup dengan ‘innama amruhu idza arada syai’an an yaqula lahu kun fayakun’. Nabi Ibrahim tidak terbakar, tentu “bukan dongeng”. Dan semuanya terjadi atas perintah dan kehendak Allah. Karena bagi Allah api itu “relatif”: bisa panas, dingin bahkan hangat kuku. Karena api adalah milik-Nya, bukan milik raja Namrudz.
Urgensi Teologi Apologetik
Hemat penulis, teologi apologetik sangat diperlukan. Apakah akan menimbulkan kekerasan dan negatif? Bisa jadi ya, bisa jadi tidak. Di Mesir sendiri, umat Kristen banyak mengamalkan ini, lewat metode yang mereka sebut dengan al-lahut al-dhifa’iy (teologi apologetik). Di satu sisi ini mungkin dianggap “ekslusif”, tapi di sisi yang lain ini akan menguatkan keimanan pemeluk agama masing-masing. Dan tradisi ini sudah lama diamalkan oleh kedua belah pihak, khususnya ulama klasik Islam.
Penjelasan tentang sosok (pribadi) Yesus, misalnya, sudah dimulai oleh Ja’far ibn Abi Thalib ketika berhadapan dengan para pendeta Negus (Najasyi) di Abessinia (Ethiopia).
Untuk mempertahankan dan membela kesucian Al-Qur’an dan akidah Islam, ulama kita kemudian banyak yang menulis buku-buku kristologi, seperti ‘Anti-Christian Polemic in Early Islam: Abu Isa al-Warraq Against the Trinity’ (edited and translated by David Thomas [The Bishop of Blackburn’s Adviser on Inter-Faith Relations], Cambridge-New York: Cambridge University Press). Dalam buku ini, Abu Isa al-Warraq mengkritik dogma Trinitas yang tidak masuk akal dalam agama Kristen; Abu Hamid al-Ghazali menulis al-Radd al-Jamil ‘ala Uluhiyyat ‘Isa bi Sharih al-Injil; Ibnu Taimiyyah menulis ‘al-Jawab al-Shahih liman Baddala Din al-Masih’; Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menulis ‘Hidayat al-Hiyara fi Ajwibat al-Yahud wa al-Nashara’; dan ‘Allamah al-Hindi menulis ‘Izhar al-Haqq’. Dari kalangan ulama kontemprer, misalnya, Ahmed Deedat menulis ‘The Choice: Islam and Christianity’; Syeikh Muhammad al-Ghazali menulis ‘Shaihah al-Tahdzir min Du’at al-Tanshir’; Ismail R. al-Faruqi menulis ‘Christian Ethics: A Historical and Systematic Analysis of Its Dominant Ideas’ (Kuala Lumpur: Pustaka Hidayah, ttp); Kamar Oniah Kamaruzaman menulis ‘Early Muslim Scholarship in Religionswissenchaft: The Works and Contribution of Abu-Rayhan Muhammad ibn Ahmad Al-Biruni’ (Kuala Lumpur: International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC: 2003). Dalam buku ini, Al-Biruni, setelah menjelaskan keempat Gospels yang ada (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes), “mengkritik” geneologi Kristus (Messiah). Kamar Oniah menulis: “Al-Biruni also highlights some discrepancies that are found among these Gospels, particularly those which pertain to the geneology of the Messiah, thereby indicating the inaccuracy of the information in them.” (Oniah, p. 159). Dan jika kita lihat Gospel yang berbicara tentang geneologi Kristus memang tidak akurat (Bandingkan: Matius 1: 6-16 dan Lukas 3: 23-31).
Kerja-kerja kristologi seperti ini tentu akan membuka pintu dialog yang kritis. Sehingga akan muncul tanggapan dan sanggah yang kritis pula. Dengan catatan bahwa budaya kritik itu harus dibangun di atas “fakta dan data”, bukan berdasarkan sentimentil tanpa dasar. Dengan begitu, jalan menuju kebenaran pun semakin terbuka lebar. Buktinya dapat kita lihat, bagaimana Ahmed Deedat membuktikan kebenaran Al-Qur’an yang merespon berbagai penyimpangan dan distorsi dalam Bible. Hal itu membuka mata para pendeta dan pastor bahwa memang dalam kitab ‘suci’ mereka ada problem serius.
Dan para ilmuwan dan kristolog Muslim di atas tentunya harus dijadikan sebagai “uswatun hasanah” dalam membela akidah Islam. Kesimpulannya, umat Islam –dan mungkin juga umat yang lain—sah-sah saja membaca kitab ‘sucinya’ sendiri maupun kitab suci orang lain secara “apologetik”. “
* Qosim Nursheha Dzulhadi, staf pengajar di pondok pesantren Ar-Raudhatul Hasanah, Medan-Sumatera Utara. Penulis juga peminat Qur’anic-Hadith Studies and Christology. Sekarang sedang mengikuti Program Kaderisasi Ulama di Centre for Islamic and Occidental Studies (CIOS), ISID-Gontor Ponorogo.
Kejadian Peristiwa Banjir Nabi Nuh telah di filmkan dalam situs Harun Yahya termasuk Penghancuran Kaum Luth dan Firaun dalam situs www.bangsamusnah.com
APAKAH ANDA MASIH BANGGA DENGAN SEJUTA DOKTRIN BULLSHIT JARINGAN IBLIS LIBERAL?????????? |
JANGAN LUPA BACA ARTIKEL LAIN NYA
- ADIL TAK SELALU SAMA RATA
- KUBUR YESUS DI TEMUKAN???
- KITAB SUCI MBAH YUDAS
- HOLOCAUST ALA BIBLE
- HOLOCAUST THEOLOGY
- MENGAPA MAKNA AYAT QUR’AN SERING BERBEDA???
- MENGAPA UMMAT ISLAM MENGANGGAP INJIL PALSU???
- JUMLAH AYAT QUR’AN 6666???
- ULAMA PESANAN
- AJARAN YESUS VS KRISTEN
- PERSPEKTIF YUDEO-KRISTEN TENTANG AGAMA
- APA YANG SALAH, DENGAN “KEMBALI KEPADA AL-QUR’AN & SUNNAH”?
- ISLAM EBOOK COLLECT II
- TAHLILAN PERSPEKTIF MADZHAB IMAM SYAFI’I
- BUNDA MARIA
- JHON SHELBY SPONG SAID
- ISLAM EBOOK COLLECT
- THE MARRIAGE OF JESUS
- BAGAIMANA JIKA QUR’AN KITA BAKAR SAJA?
- ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN ARAH
- DIALOG DOKTRIN TRINITAS
- TOKOH-TOKOH KRISTEN PENENTANG TRINITAS
- LIMA RUKUN ISLAM DALAM BIBLE
- JESUS THE MAN
- ALLAH DAN TUHAN
- Tahukah Anda? Ada Angka Iblis ‘666’ di Tiap Barcode
- Tahukah Anda: Mengapa 13 Dianggap Angka Sial?
- UPAYA PLAGIATOR Membendung Syari’at Islam
- “ISLAM PERDANA” AYAU ISLAM ALA ORIENTALIS
- KEBOHONGAN DAN KEMUNAFIKAN MUKJIZAT KRISTEN DI SNAYAN
- ANSWERS TO NON-MUSLIMS QUESTIONS ABOUT ISLAM
- POLYGAMY
- POLYANDRY
- WAS ISLAM SPREAD BY THE SWORD?
- HIJAB FOR WOMEN
- EATING NON-VEGETARIAN FOOD
- MUSLIMS ARE FUNDAMENTALISTS AND TERRORISTS
- ISLAMIC METHOD OF SLAUGHTERING ANIMALS APPEARS RUTHLESS
- NON-VEGETARIAN FOOD MAKES MUSLIMS VIOLENT
- MUSLIMS WORSHIP THE KAABA
- NON-MUSLIMS NOT ALLOWED IN MAKKAH
- PORK FORBIDDEN
- PROHIBITION OF ALCOHOL
- EQUALITY OF WITNESSES
- INHERITANCE
- HERE AFTER LIFE AFTER DEATH
- WHY ARE MUSLIMS DIVIDED INTO SECTS /DIFFERENT SCHOOLS OF THOUGHT?
- NON-MUSLIMS REFERRED AS KAFIRS
- ALL RELIGIONS TEACH PEOPLE TO BE RIGHTEOUS, THEN WHY FOLLOW ONLY ISLAM
- VAST DIFFERENCE BETWEEN ISLAM AND THE ACTUAL PRACTICE OF MUSLIMS
- TAWASSUL YANG DISYARI’ATKAN
- TAWASSUL YANG DILARANG
- 10 Most Commons questions asked by Christian missionaries aginst Islam
- MENATAP HIZBULLAH DARI IRAN
- JIHAD ISLAM–KRISTEN
- Keyakinan dan Praktek Ritual Zionis Yahudi
- Zionis Israel, The Real Terrorist
- MUHAMMAD DALAM PANDANGAN CENDEKIAWAN BARAT
- TEOLOGI APOLOGETIK MEMBACA KITAB SUCI
- Flash Gordon dan Freemasonry
- Islam setelah 9/11
- KONSEP NYERI DALAM ALQUR’AN
- E-Book, MP3 Kajian Salaf dan Murottal Gratis
- KEBENARAN
- STRATEGI KAUM PAGAN MENUJU “NEW WORJD ORDER”
- KETIKA YESUS DI LECEHKAN
- KONFENSI TAFSIR KAUM PLURALIS
- AL-QUR’AN; SUATU TINJAUAN GAYA BAHASA
- JANGAN MENOLAK KEBENARAN
- AL-KITAB BICARA TENTANG YESUS
- WANITA DALAM TINJAUAN SEJARAH & BERBAGAI AGAMA
- Dialektika Gaya Bahasa Al-Quran dan Budaya Arab Pra-Islam
- MISI PLURALISME DI BALIK NOVEL AYAT AYAT CINTA
- BUDAYA BERJILBAB DALAM KURUNGAN NEO-LIBERALISME
- CERMIN ORIENTASI RADIKAL KANAN
- AMERIKA MEMBUKA DOKUMEN RAHASIA SOEHARTO
- ISLAM DAN PERBUDAKAN
- ALAM FIKIR YUNANI
- Jangan Terlalu Cepat Menuduh JIL Munafik
- Karen Armstrong: Islam Tidak Selayaknya Diasosiasikan dengan Terorisme
- KODETIFIKASI BILANGAN PRIMA
- STRUKTUR AYAT DAN KATA
- SURAT YANG KE 19
- ENKRIPSI (11 + 8)
- HUKUM BENFORD
- BESI SURAT KE 57
- MATEMATIKA SHALAT
- AL-QUR’AN ANTISIPASI MASA DEPAN
- YESUS PENDAKWAH KEESAAN TUHAN
- ISLAM – KRISTEN MEMANG BEDA
- APA TUJUAN ALLAH MENGUTUS YESUS
- TAMSIL ANJING UNTUK PENJUAL KEBENARAN
- Is the Trinity a mystery?
- TRINITAS MISTERI??????????
- ASAL USUL SALIB
- BUKAN DARI YESUS
- SILSILAH RASUL SAW
- AGAMA ADALAH FITRAH
- BIBLE BUKAN WAHYU TUHAN
- BUKAN ATAS KERELAAN
- USHUL FIQIH PALSU KAUM LIBERAL
- JANGAN KOMENTARI IDE GILE
- ISLAM LIBERAL,PEMURTADAN BERLABEL ISLAM
- MAHZAB BANI ISRAIL
- AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR
- JALAN RUMIT KRISTEN TAUHID (KRISTEN UNITARIAN)
- JEJAK KONSTANTIN DI GEREJA
- MEMODIFIKASI ALKITAB
- MENGGUGAT KETUHANAN YESUS
- PAULUS RUBAH TOTAL AJARAN YESUS
- SEJARAH PERJANJIAN BARU
- WASPADAI PANGERAN LIBERAL
- AGAMA BARU ITU BERNAMA PLURALISME
- KLAIM KEBENARAN AGAMA
- PLURALISME AGAMA DAN GERAKAN FREEMASON
- ‘Jinayat’ JIL Terhadap Fiqh dan Fuqaha
- Pluralisme Agama, Gagasan Orang Dungu
- ISLAM TANPA MAHZAB,MUNGKINKAH???
- SEKTE KRISTEN
- SIAPA PAULUS ?
- TAHUKAH ANDA?? KHATOLIK SARAT DGN PAGANISME
- YESUS MENGAKU BERDOSA
- YESUS TELAH MENIKAH
- BIBLE KEHILAGAN 18.666 AYAT
- AQIDAH YESUS VS PAULUS
- tUHAN TOLOL PENUH KERAGUAN
- KEHANCURAN KITAB SUCI TAURAT
- KEBOHONGAN KONSEP TRINITAS !!!
- KETUHANAN ROH KUDUS = BULLSHIT !!!
- Jesus in Islam section
- BUALAN KRISTEN 2 “KAMI” DALAM AL-QUR’AN = TRINITAS
- BUALAN KRISTEN 3 “KONTRADIKSI DALAM AL-QUR’AN”
- HARI TUHAN DALAM AL-QUR’AN VS ALKITAB
- AGAMA KRISTEN BUKAN AJARAN YESUS
- AL-QUR’AN DAN INDUSTRI MODERN
- INJIL ATAU BULLSHIT (LIE) ???
- PERSPEKTIF ISLAM TENTANG AGAMA
- PERSPEKTIF YUDEO-KRISTEN TENTANG AGAMA
- PUISI KENIKMATAN CINTA
- KHAYALAN SILSILAH YESUS !!!
- FIRMAN MENJADI MANUSIA
- TAUHID SEBUAH PEMBUKTIAN ILAHI
- Mengapa ada Banyak Agama di Dunia?
- Is Camel Urine all that bad?
- MENGGUNAKAN LOGIKA UNTUK MENCAPAI KEIMANAN
- KONSEPSI KETUHANAN DALAM ISLAM
- “Wanita Kurang Akal dan Agamanya”
- JIPLAK-MENJIPLAK DALAM ALKITAB
- TIDAK ADA BUKTI KETUHANAN YESUS !!!
- KEMUSTAHILAN KETUHANAN YESUS !!!
- YESUS MEMBANTAH KETUHANANNYA !!!
- Astaghfirllah 35% Pelajar Bandung Homoseks
- APA SESUNGGUHNYA VALENTINE’S DAY???
- Remaja Islam dikepung Budaya Kufur Velentine Day
- Ada Apa dengan Valentine’s Day?
- Remaja Muslim, Valentine’s Day, dan Perlawanan Budaya
- Jangan Tertipu Gemerlap Valentine’s Day
- VALENTINE HARI RAYA MENGENANG PENDETA !!
- APRIL’S FOOL DAY : hari dimana boleh menyakiti orang lain
- Afghan Beauty Goes from Burka to Bikini
- Ahlan Wa Sahlan “Binatangisme”
- The Unholy Trinity
- Response TO Walid Shoebat
- Also, Israel today is without walls?!
- Embriologi dalam Al-Quran JIPLAKAN dari YUNANI?? (Repost)
- Berdzikir Bersama Inul
- Pemusyrikan di Media Massa
- Penebar Islam Liberal = Domba Kaum Zionis
- YESUS MENURUT IMAM AL- GHAZALI
- MENJAWAB HAMBRAN AMBRIE
- IBLIS ITU BERNAMA “HOMOSEKSUAL (part 1)
- Iblis itu bernama Homoseks ( part 2 )
- Iblis itu bernama “HOMOSEKSUAL” (part 3)
- Asereje, Lagu Setan ?
- Kenapa Jika Terkena Air Liur Anjing Harus Dicuci Dengan Tanah
- Perancis Selatan, Sarang Kabbalah (Bag.1)
- Perancis Selatan, Sarang Kabbalah (Bag.2)
- Perancis Selatan, Sarang Kabbalah (Bag.3/Tamat)
- Understanding Kabbalah
- PANDANGAN TV YAHUDI ATAS PENYALIBAN YESUS
- AL-QUR’AN, INDUK DARI IPTEK !!!
- Tahukah Anda? Trend Kabbalah Artis Top Dunia
- ISLAM AGAMA DARAH, BENARKAH????
- UMAT KRISTEN, PEMBANGKANG PERINTAH YESUS/TUHAN !!!
- ALLAH ISLAM KRISTEN DAN YAHUDI
- YESUS BUKAN TUHAN
- PANGLIMA PERANG MUHAMMAD
- AYAT-AYAT RAMALAN ALKITAB YANG MELESET TAK TERPENUHI
- ALLAH ADALAH DZAT ATAU ZAT????
- TELETUBIES SPONSOR GAY DAN LESBIAN
- Masihkah Umat Islam Dituduh Tidak Toleran?
- SURGA KRISTEN SELUAS 2.400 Km2
- HARUN YAHYA E-BOOK COLLECTION
- The History of The Qur’anic Text
- Anda Muslim bukan? (CURHAT)
- YESUS NAIK KE SURGA BUTUH WAKTU 40 HARI.
- Yesus bukan orang yunani yang menghalalkan daging BABI
- KETIDAK PASTIAN SOSOK YESUS
- FIRMAN TUHAN MENGGELIKAN DALAM ALKITAB
- UMAT KRISTEN TIDAK PERNAH MENYEMBAH TUHAN !!!
- ZIONISME YAHUDI
- KRISTUS TIDAK HANYA YESUS
- Ghazwul fikri
- Pornografi dan Porno Aksi
- Apakah agama itu sebuah ilmu pasti seperti matematika…?
- Mendudukkan Orientalis
- HUKUMAN MATI BAGI SI MURTAD
- VGA / Driver Toshiba Satellite Pro C640 untuk Windows 7
- AL-QUR’AN DIJIPLAK DARI ALKITAB
- AMERIKA DAN TARTAR
- ISA SABDA BERWUJUD MANUSIA
- BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
- MENGUAK MISTERI MUHAMMAD
- Muslim Cyber Book 01
- Mempertanyakan Kebangkitan dan Kenaikan Isa Almasih
- ISLAM DI HUJAT
- MATEMATIKA ALAM SEMESTA
- MENGENAL ALLAH LEWAT AKAL
- BUKTI KEBENARAN ALQUR’AN
- MENGUNGKAP RAHASIA ALQURAN
- RAHASIA ANGKA ALQUR”AN
- MEMBENTUK KELUARGA DI ATAS KEMULIAAN SUNNAH
- Isa Dalam Pandangan Ulama
- Pertentangan dalam Penciptaan Alam
- Hukuman Mati dalam al-Qur’an dan Bibel
- WAWANCARA YESUS DI KHITAN
- MAKANAN DI NERAKA
- Bolehkah menikahi wanita musyrik
- Harun Yahya : Informasi di Balik Materi dan Lauhul Mahfuzh
- SK Pengesahan Ketuhanan Yesus
- TRINITAS DAN WARIA
- Beda Jin, Iblis Dan Setan
- TERNYATA AKHIRAT TIDAK KEKAL
- Konsep Islam tentang Wanita
- ISLAM OVERDOSIS
- ALLAH,NAMA TUHAN
- Tuhan Jelas ada, namanya Allah
- HIKMAH PENGHARAMAN BABI
- Kuda Sulaiman As
- Delapan Dirham
- Aku ingin Berjuang
- JIL DAN ISLAM
- Yesus Anak Allah ?
- SIAPA IMMANUEL
- Ucapan Selamat Natal Tidak Logis
- DARI TRIMURTI KE TRINITAS
- Tuhan Kita ALLAH
- UNIVERSALISME ISLAM VS KRISTEN
- Strategi Global Pengepungan Dunia Islam
- Sabbath : Hari Sabtu atau Minggu ??????????/
- MENGAPA RASUL BERISTRI LEBIH DARI EMPAT?????
- APAKAH BIBEL ITU FIRMAN ALLAH?????????
- RAHASIA BESAR BANGSA JAWI
- KRISTUS BUKAN HANYA YESUS
- KAJIAN WANTA DALAM TINJAUAN SEJARAH
- PARTAI DAMAI SEJAHTERA
- AGAMA ADALAH MIMPI???
- MENYEGARKAN KEMBALI PEMAHAMAN ISLAM
- TIGA MASLAHAT
- HAJI & KURBAN BUDAYA ARAB
- AKULAH TUHAN YESUS
- JERUK KOK MINUM JERUK
- MENGAPA MUHAMMAD SAW DI BELA UMMAT NYA????
- PERADABAN BARAT DI UJUNG SENJA
- PRIMITIF ISLAM
- SERANGAN TERHADAP MUSHAF USMANI
- CINTA DUNIA DAN TAKUT MATI
- TAK ADA KEKUATAN MANUSIA MAMPU MELAWAN
- NAIK KUDA BERSAYAP
- MATERIALISME WARISAN BANI ISRAIL
- MEMBELI SURGA
- AKU RELA DI PERKOSA
- Ksatria-Ksatria TEMPLAR Cikal Bakal Gerakan Freemasonry
- JIHAD OFFENSIF
- ALIF LAM MIM BUKTI KETIDAK JELASAN ALQUR’AN
- PERNIKAHAN RASUL SAW DGN BUNDA AISYAH RA
- Isa As = Imam Mahdi??????
- ISA ROH ALLAH?
- ISA MENGETAHUI HARI KIAMAT
- ISA TERKEMUKA DI DUNIA DAN AKHIRAT
- JALAN LURUS ISLAM VS KRISTEN
- Jawaban untuk gus_chen_lung
- TERORIS ISLAM
- PENTING
- BIDADARI SURGA
Bagaimana memahami sesuatu sebenarnya bergantung kepada kacamata apa yang ia pakai untuk melihat (dan memahaminya),bila manusia memakai kacamata ‘merah’ maka yang akan dilihatnya adalah realitas yang nampak serba ‘merah’. secara simpel akan beda jauh bila kita melihat (dan berusaha memahami) agama dengan menggunakan kacamata ‘isme’ tertentu (atau populernya : kacamata ‘barat’) dengan bila kita melihatnya dengan menggunakan kacamata baca yang telah diajarkan oleh kitab suci. sebab itu apapun yang keluar dari pikiran seseorang tentang sesuatu periksa dan dalami saja kacamata apa yang ia pakai.
kita ambil contoh : bila kita melihat agama dengan kacamata agama maka kita akan menangkap agama sebagai konsep kebenaran yang bersifat mutlak,tapi bila kita melihat agama dengan kacamata baca ‘pluralisme’ maka kebenaran agama akan nampak ‘relativ’.
Ada ratusan bahkan ribuan kacamata sudut pandang buatan manusia,ada yang terkonsep secara resmi ada yang tidak,ada yang mendunia ada yang tidak,sebab itu kita harus menguasai pengetahuan tentang berbagai kacamata sudut pandang buatan manusia itu khususnya yang kini sering digunakan sebagai alat baca untuk mendeskripsikan agama,agar kita bisa mengcounternya.
Tuhan tidak menurunkan semua ilmu dalam kitab suci dalam bentuk yang sudah ‘built up’- dalam bentuk yang sudah serba tinggal pakai (sehingga manusia tak perlu berfikir keras lagi) tapi sebagian diturunkan dalam bentuk ‘komponen’ yang terserak-tercerai berai sehingga menerima ilmu dalam kitab suci ibarat menerima potongan potongan mainan puzzle yang harus kita susun satu persatu,atau ibarat menerima serangkaian komponen elektronik yang harus kita rangkai untuk membentuk benda yang memiliki fungsi tertentu (misal komputer).
Sebab itu konsep ‘ilmu’ dalam kitab suci disamping ada yang terkonsep dengan jelas juga ada yang berupa teka teki yang sulit diraba,dan bagi yang (maaf) belum faham atau yang melihatnya dari permukaan kulit luar maka konstruksi ilmu dalam kitab suci bisa saja nampak ber benturan satu sama lain (itu sebenarnya karena belum dirangkai !)
Celakanya pengetahuan tentang kitab suci yang parsialistik yang terpotong potong karena belum terangkai dengan benar itu bila dibaca dan dideskripsikan oleh orang yang memiliki niat yang lain (yang selain ingin menegakkan agama Ilahi) maka ia bisa menggunakannya untuk menyerang umat Islam.
Mengapa Tuhan menurunkan ilmu dalam kitab suci tidak seluruhnya dalam bentuk yang ‘built up’ tapi dalam bentuk ‘komponen’ yang tercecer dan terkadang seperti teka teki yang sulit dipecahkan (?) jawabannya sebenarnya mudah : AGAR UMAT MANUSIA BERFIKIR KERAS untuk memahaminya,jadi agar hati dan akal digunakan secara maksimal.coba saja bila anda seorang guru : bagaimana cara mendidik murid anda agar menjadi murid yang cerdas : apakah dengan memberi mereka konsep konsep yang sudah jadi yang tinggal dihapal belaka (?)
salam…
sepertinya ga ada yg “heboh” dari tulisan si ulil…
biasa saja dan beliau mengingatkan saja, supaya dalam belajar Qur’an, kita umat Islam fokus saja, tanpa perlu mengusik kitab umat yg lain. Kita tahu kitab suci seperti injil dan torah itu sudah cacat karena Al Qur’an menuliskannya seperti itu, tapi apakah hal itu perlu dibesar2kan untuk menunjukkan kehebatan Al Qur’an? ndak perlu, tanpa apologetik pun, Al Qur’an sudah terjaga kebenarannya.
Ustadz Qosim Nurseha harapnya tidak cuma membaca karya-karya alm. Ahmad Deedat. Coba diskusi dengan Syaikh Ali Haydar yang masih hidup. Mahakarya-nya The Beloved and I adalah melanjutkan pandangan tercerahkan Imam al-Ghazali mengenai Alkitab. Imam al-Ghazali tidak pernah meragukan otentisitas Alkitab untuk membuktikan kebenaran Islam, ajaran Nabi Muhammad (saw) dan al-Qur’an. Setidaknya memang ada kelompok kecil Islam yang meyakini The Unity of Sacred Scriptures, Kesatuan Wahyu Illahi…kelompok ini melihat distorsi-distorsi yang terjadi adl akibat penterjemahan yang memuat doktrin-doktrin manusia di dalamnya. Ungkapan Italia terkenal adl, jangan percaya penerjemah, mereka adl penipu. Namun, hati yang dibersihkan dan dipelihara hanya untukNya pasti akan dapat melihat kebenaran walaupun ada usaha-usaha pemalsuan terhadap wahyu-wahyu Illahi. salam wa rahmah.